Sunday, January 9, 2011

Perjalanan Jangkrik

Semalam Mas Tomy Arjunanto 'cakrukan' di rumah saya ngrembuk hal-hal yang remeh tetapi mengandung makna indahnya tata peradaban Jawa. 

Saya cerita tentang perjalanan jangkrik dari persawahan di Mauk-Tangerang menuju 'pasar burung' di Senen dan Jatinegara.  (Ini kisah nyata).

Konon anggapan orang banyak, kesenanagan orang Jawa memelihara burung merupakan sebuah  kemubadiran dan kekonyolan.  Tetapi ketika burung yang dipelihara (Cocak Rowo asal Kalimantan) perlu makanan berupa jangkrik, kroto, ulat, cacing, dakwaan mubadir dan konyol itu gugur. 

 Pernahkan orang berpikir bahwa Tuhan memberi kesejahteraan anak-anak di Mauk berupa mata pencaharian 'cari jangkrik' yang hasilnya untuk beli buku sekolah?  Adakah para sejawat yang sempat merenung bahwa bersesajinya orang Jawa menghidupkan para saudara di Sumatra/Kalimantan/Sulawesi yang mengumpulkan getah damar di hutannya untuk keperluan bersesaji wong Jawa? Pernahkan terusik kaum ekonom modern untuk memperhatikan mengalirnya ber-ton2 biji milet di NTT untuk makan burung perkutut di Jawa? 

Adakah para ulama/pendeta/brahmana dan para jumhur agama berpikir bahwa sesaji Jawa dan Bali dengan kembang menghidupi petani tegalan di pegunungan yang tanahnya hanya mampu ditanami bunga mawar, melati, kanthil ? Mas Tomy yang ahli mesin lulusan ATMI kelihatan bengong mendengar ceramah cakrukan saya lho !

Swuhn.
Ki Sondong Mandali

2 comments:

  1. Posting ini dibuat dari e-mail Ki Sondong Mandali di http://groups.yahoo.com/group/sekarjagad. mari-mari ramaikan blog ngelmu urip sekarjagad ini dengan posting tentang ke-jawa-an (kejawen).

    ReplyDelete
  2. Sinau boso iku penting, utamane boso Inggris. Ndang visito web iki nggo sinau boso Inggris: http://sinau-boso-inggris.blogspot.com/

    ReplyDelete